KEADAAN HUKUM PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI JAWA
Ubbadul Adzkiya' (petikan tulisan yang dimuat di jurnal "justisia")
Keruntuhan
majapahit[1] menjadikan awal kejayaan kerajaan Islam di jawa, hal ini
diawali dengan berdirinya kerajaan Islam yang pertama di jawa yaitu
Demak. Pola penerapan hukum dan ketata negaraan secara otomatis langsung
berubah yang awalnya dari kerajaan majapahit yang beragama hindu yang
telah berdiri megah selama dua ratus,[2] akhirnya hancur dalam
puing-puing sejarah, dan mulai dari saat itu pula peranan Islam dalam
hukum dan sosial masyarakat mulai masuk dalam sistem dalam kerajaan
majapahit yang telah runtuh, yang kemudian dikuasai kerajaan Demak
sebagai Awal mula kebangkitan Islam di Jawa.
Sebagai
langkah awal kekuasaan walisongo, mereka sepakat mendirikan masjid
terlebih dahulu,[3] daripada membangun tatanan kota dan
perangkat-perangkatnya. Pusat kerajaan Majapahit yang telah dikuasai
dibiarkan terbengkalai, mereka lebih memusatkan pada pembangunan masjid
Demak sebagai pusat pemerintahannya. Konon katanya masjid Demak dibangun
dalam waktu semalam. Masjid Demak dibangun dengan ditopang oleh empat
kayu raksasa sebagai sokoguru, tetapi salah satu di antaranya tidak
terbuat dari satu batang kayu utuh melainkan disusun dari potongan balok
yang diikat menjadi satu. Karena itu disebut dengan sokotatal, yang
dibuat oleh Sunan Kalijaga dalam waktu semalam. Sementara tiang yang
lain dipersembahkan oleh Sunan Ampel, Sunan Bonang, dan Sunan Gunung
Jati.[4]
Di antara walisongo
Sunan Kalijaga menduduki peran yang sangat penting dalam pembangunan
masjid Demak, seperti yang tertera dalam legenda-legenda tentang masjid
Demak. Dialah yang berjasa membetulkan kiblat masjid yakni yang mengarah
ke Makkah, selain itu dia juga yang memperoleh baju wasiat
“antakusuma”,[5] yang jatuh dari langit di masjid itu di tengah para
wali yang sedang bermusyawarah.
Legenda
yang menarik dari masjid Demak selain dari sisi pembangunannya dan
tentang baju wasiat “antakusuma”, adalah ada hubungannya dengan api dari
surga, hal ini mempunyai beberapa macam versinya, Ki Gede Sesela,[6]
tokoh yang menangkap kilat berada di ladang. Ia membawa kilat itu ke
masjid Demak atau kepada Sultan Demak.
Sebuah
relief yang dibuat di atas pintu gerbang utara bangunan yang sekarang,
di sisi kubur yang diberi nama pintu Bledeg (kilat). Dilihat dari
beberapa legenda mengenai betapa pentingnya masjid Demak pada masa itu
kemudian dijadikan sebagai pusat kerajaan Islam pertama di Jawa tengah.
Masjid
Demak lambat laun akhirnya menjadi pusat kerajaan Demak, letak Demak
diterangkan oleh H. J. De Graaf dan TH. Pigeaud dalam buku Kerajaan
Islam pertama di Jawa, sebuah letak kota yang sangat menguntungkan baik
dari segi perdagangan maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak
terletak di tepi selat di antara pegunungan Muria dan Jawa, sebelumnya
selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga
kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas itu untuk
berlayar ke Rembang, tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak
lagi dapat dilayari setiap saat.[7]
Pemegang
kekuasaan kerajaan Demak yang pertama adalah Raden Patah,[8] seorang
putra raja Majapahit yang terakhir (dari zaman sebelum Islam), yang
dalam legenda bernama Brawijaya. Ibu Raden Patah konon seorang putri
Cinadari keraton Majapahit. Waktu hamil putri itu dihadiahkan kepada
seorang anak emasnya yang menjadi gubernur di Palembang, di situlah
Raden Fatah lahir.[9]
[1]
Kerajaan Majapahit musnah pada tahun 1527, karena dibumihanguskan oleh
tentara Demak di bawah pimpinan Toh A Bo alias Syarif Hidayatullah atau
lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati, Prof. Dr. Slamet Muljana,
Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di
Nusantara, cet. VI, (Yogyakarta: LkiS, 2008), hlm. 192. juga disebutkan
bahwa sebagian walisongo berasal dari Cina atau keturunannya, seperti
Raden Umar Said (Sunan Kalijaga) adalah Gan Si Cang, Sunan Ampel (Bong
Swi Hoo), ibid., hlm. X. Untuk lebih lengkap tentang kerajaan Majapahit
Lihat riset sebelumnya.
[2]
Setelah hampir 200 tahun berdiri megah sebagai kerajaan Hindu terttua
di Jawa, Majapahit akhirnya hancur terkubur dalam puing-puing sejarah.
Keruntuhannya terpicu oeh pergolakan sosial-politik yang tak terpisahkan
dari peranwalisongo dalam penyebaran islam di nusantara, ibid.,
[3]
H. J. De Graaf dan TH. Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama di Jawa,
Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI , Cet. V, (Jakarta: PT. Pustaka
Utama Grafiti, 2003), hlm. 35
[4]
Sumanto Al Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, Bongkar Sejarah Atas Peranan
Tionghoa Dalam Penyebaran Islam di Nusantara Abad XV & XVI, Cet.II,
(Yogyakarta: Inspeal Ahimsakarya Press, 2003), hlm. 180
[5]
Cerita mengenai peristiwa itu berbeda-beda, baju yang juga disebut Kia
Gundil (Gundul) itu dalam cerita tradisional dianggap sebagai salah satu
“pusaka” raja-raja Jawa, H. J. De Graaf dan TH. Pigeaud,
Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, Peralihan Dari Majapahit ke Mataram,
Cet. I, (Jakarta: PT. Temprint, 1985), hlm. 32
[6]
Seorang moyang keturunan keluarga raja Majapahit yang dimuliakan,
Sesela adalah nama daerah yang berada disebelah timur Demak. Ibid., hlm.
34
[7] Ibid., hlm. 38
[8]
Dari penelitian terbukti bahwa anak perempuan Babah Ban Hong ini yang
melahirkan Jin Bun alias Raden Fatah, Raden Patah adalah putra raja
Majapahit Kong Ta Bu Mi, yakni raja Kertabhumi. Demikianlah putri-putri
Cina itu dijadikan umpan untuk memancing para pembesar Majapahit, Slamet
Muljana, Op.Cit., hlm. 186
[9] H. J. De Graaf dan TH. Pigeaud, Op.Cit., hlm. 42
1 komentar:
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai kerajaan islam Indonesia.Benar benar sangat bermamfaat dalam menambah wawasan kita menjadi mengetaui lebih jauh mengenai indonesia.Saya juga mempunyai artikel yang sejenis mengenai indonesia yang bisa anda kunjungi di Indonesia Gunadarma
Post a Comment