Agama dan Perdamaian; Belajar dari Konflik Ambon
sumber: news.liputan6.com |
Konflik di Maluku yang telah melibatkan hampir semua lapisan sosial
masyarakat; elit, menengah, dan bawah mengakibatkan komunitas terpisah antara
muslim dan Kristen. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah rujuk sosial,
meski ini merupakan solusi yang sangat tepat karena mereka telah terpecah
belah, namun harus benar-benar berhati-hati dalam menggali masalah dan
menyelesaikan konflik, karena apabila terjadi kesalahan sangat memungkinkan
akan menimbulkan konflik baru pasca kerusuhan.
Berbagai upaya untuk mengatasi konflik sudah dilakukan dari berbagai
pihak, masyarakat sipil, tokoh agama, pemerintah pusat dan lokal, LSM, serta
lembaga internasional. Dari sekian banyak inisiatif yang dilakukan ada yang
berhasil merintis rekonsiliasi, namun ada pula yang gagal dan bahkan memicu
konflik berikutnya karena kurang sensitifnya terhadap situasi konflik yang ada.
Salah satu yang berhasil tentu saja mereka yang berhasil mengakar di
masyakat, dan benar-benar memahami akar dari konflik. Mereka yang memegang
nilai-nilai universalitas dan bisa diterima di semua kalangan akan sedikit
lebih mudah dalam memecahkan solusi atas konflik.
Semisal keberhasilan Tim 20
Wayame yang berhasil memegang prinsip dan kesepakatan bersama untuk; saling
terbuka, saling jujur, saling mendukung, saling menerima, saling ikhlas bekerja,
dan beriman teguh pada nilai ketuhanan. Meskin mereka sering mendapat tantangan
dan ancaman dalam bekerja memelihata hubungan kemanusiaan, namun dengan
memegang teguh dan saling melindungi satu sama lain mereka dan warganya
berhasil selamat dari kehancuran.
Tentu saja penyelesaian konflik dengan skala besar harus melibatkan
pemerintah, baik lokal maupun pusat. Melihat keadaan Maluku yang begitu rumit
perlu ada ketegasan dan koordinasi dari pemerintah pusat dengan pihak kemanaan
terkait (militer-polisi). Ketika pemerintahan Gus Dur, pemerintah mulai
memperhatikan secara serius dan menangani secara cepat konflik Maluku tersebut,
Gus Dur mengutus Wapresnya, Megawati, untuk bertanggungjawab dalam penyelesain
konflik tersebut dengan mengkoordinasikan kepada pihak menteri terkait, Menko
Polkam dan Menko Kesra dan Taskin.
Tiga pendekatan yang digunakan dalam menangani konflik Maluku, yaitu
pendekatan kemanan di bawah Menko Polkam, pendekatan rekonsiliasi langsung di
bawah Wapres dan dilanjut Menteri Agama, dan pendekatan rehabilitasi di bawah
Menko Kesra dan Taskin. Nampaknya dalam penyelesain konflik perlu ketegasan dan
koordinasi yang aktif antar semua lini baik pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh
agama, masyarat sipil, dan LSM. Selain LSM dan masyakat umum, pemerintah juga
menjadi kunci untuk penangan cepat dalam penyelesain konflik.
0 komentar:
Post a Comment