Selamat Berlayar, Kawan!
Munif Ibnu Bams; paling kiri senyum terlebar |
Langit cerah memayungi halaman Masjid Jami’ Baiturrohman, Desa Tlogoharum, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati. Di ruang pertemuan, beberapa orang dengan wajah manis selalu tersenyum, dan senyumnya itu lembut, bersahaja. Di antara mereka ada yang bercakap-cakap seperti layaknya teman lama, akrab dan penuh canda. Sekian menit berlalu, terdengar suara lantang dikumandangkan dari dalam masjid. “Saya terima nikahnya dan kawinnya Anis Fitria binti Abdul Mutholib dengan mas kawin tersebut dibayar tunai,” ucap Ubbadul Adzkiya' dengan syahdu siang itu. Tanpa dikomando, hadirin yang datang pun menjawab, “Sah… Sah… Sahhh!’ Demikianlah, pemuda kelahiran 24 Februari 1988 telah resmi melepas masa lajangnya. Ia berhasil mempersunting gadis pujaan asal Bumi Mina Tani.
Ubed –begitu sapaan akrabnya- adalah orang yang memberikan pelajaran kepada siapa saja mengenai bersosialisasi, semangat kerja keras yang tak kenal putus asa, pribadi yang mau mendengarkan orang lain, kalem dan tidak terburu-buru. Juga contoh pemegang dan pelaksana amanah karena sebagai anak sulung ia berhasil meniupkan asa dalam keluarga. Saya pun tanpa ragu dapat banyak sekali belajar dari pengalaman dia meski saya lupa kapan tepatnya mengenal laki-laki kelahiran Desa Boja RT 04 RW 02 Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang, ini. Namun yang pasti, sejak kami mulai menjadi aktifis mahasiswa di Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) Justisia Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang. Sejak itu, kami bisa menjadi kawan yang akrab hingga detik ini.
Dengan pembawaannya yang tenang dan tidak meledak-ledak, tidak berlebihan jika Ubed saat itu sanggup-mumpuni menjadi Pemimpin Umum di LPM yang berdiri tahun 1993. Kurang lebih tiga tahun, ia berhasil ngemong wadyabala Justisia. Karena sebagai pemimpin, ia pun kerap menempatkan dirinya untuk bisa dijadikan sosok ‘bapak’ dalam lembaga tersebut. Layaknya seorang ‘bapak’, sudah sepantasnya ia kerap menjadi tumpuan anaknya, ketika mereka menemukan kesusahan. Dengan berjiwa sikap ngemongnya ini membuat ia disukai banyak mahasiswi. Salah satunya, Anis Fitria, yang merupakan wadyabala Justisia yang sekarang menjadi istrinya.
Hubungan istimewa Ubed dan Anis telah memunculkan berbagai peristiwa terjadi di kolong langit ini. Kejadian demi kejadian berlangsung. Gerimis demi gerimis, hujan demi hujan, macet demi macet, badai demi badai. Karena memang berjodoh, mereka pun tinggal menunggu waktunya saja. Pada hari yang cerah ini, secerah mata mempelai pengantin dalam menyongsong kehidupan yang akan datang, saya turut berada di dalam acara resepsi pernikahan dia yang suci dan sakral dalam balutan kasih dan cinta yang sangat agung.
Walau sederhana, pesta itu berlangsung meriah dan mengharukan. Putri Ibu Darsini ini tampak cantik dengan gaun pengantin berpotongan sederhana berwarna merah gading. Di jari manisnya yang lentik, sebuah cincin berdiameter lima belas mili itu berhasil dipasangkan Ubed kepada Anis di depan penghulu dan para saksi. Guratan cerita sejarah pun tercipta. Ya, di Sabtu Legi, 12 November 2016, mereka berdua dengan bangga telah memegang ‘buku nikah’ di depan dada. Lalu, memasang senyum lebar, membiarkan juru foto mengabadikannya. Senyumnya terus mengembang. Tangan Ubed digenggam erat Anis hingga akhir acara jamuan sederhana sambil tak henti menyapa satu per satu tamu yang hadir, yang dengan sukacita ikut mendokan. Selamat berlayar, kawan. Semoga kalian saling membahagiakan!
0 komentar:
Post a Comment